Banteng di Pangandaran Tinggal Satu Ekor

Hingga tahun 1988 terdapat 10 banteng jawa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, jumlah ini terus mengalami penurunan tiap tahunnya.

banteng jawa,bos javanicus
Banteng jawa (Bos sondaicus) . (Thinkstockphoto)


Saat ini tinggal satu banteng jawa jantan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Banteng itu ditemani tiga sapi bali betina.

Tanpa upaya menambah populasi, Cagar Alam Pananjung Pangandaran akan dicoret sebagai salah satu  habitat alami banteng jawa. "Pemindahan populasi kami tunggu. Di saat populasi daerah lain berlebih, kami justru kekurangan," kata Kepala Resor Konservsi Cagar Alam Pananjung Pangandaran Yana Hendrayan di Ciamis, akhir pekan lalu.
Pihak pengelola berharap rencana pemindahan banteng jawa (Bos sondanicus) dari daerah lain dapat terwujud. Tujuannya, mengembalikan habitat banteng jawa di Pangandaran.
Data Kementerian Kehutanan menyebutkan, hingga tahun 1988 terdapat sepuluh banteng jawa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Jumlah itu terus menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1974 terpantau 500 ekor, lalu berkurang menjadi 80 ekor enam tahun kemudian.
Menurut Yana, ada beberapa penyebab penurunan populasi tersebut. "Beberapa banteng mati terperosok jurang dan tersesat ke permukiman dan kebun penduduk," katanya.
Pengelola Cagar Alam Pananjung Pangandaran berharap bisa memperoleh beberapa banteng jika rencana pemindahan dari daerah lain terwujud. Ia yakin langkah itu lebih ramah lingkungan dan merupakan cara tepat memeratakan populasi. 
"Kami siap menampung banteng jawa. Area Cagar Alam Pananjung Pangandaran  seluas 419,30 hektare," ujarnya. Ia juga menegaskan ketersediaan pakan alami banteng yang melimpah.
Sebelumnya berkembang informasi populasi berlebih banteng di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Populasi sekitar 800 ekor itu disebut mengganggu perkembangbiakan badak jawa.
Ketua Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramona mengatakan, konsep pemindahan populasi banteng jawa dari TNUK tengah dikaji. Saat ini terpantau tidak lebih dari 50 badak jawa di TNUK.
"Badak jawa dan banteng jawa sering berebut makanan. Karena jumlahya lebih sedikit, badah lebih banyak kalah. Akibatnya, populasi badak jawa terancam tidak memiliki makan dan lahan perkembangbiakan," katanya.
Beberapa daerah dengan populasi banteng minim bisa jadi alternatif. Di antaranya, Cagar Alam Leuweung Sancang di Garut. Data Kementerian Kehutanan, tahun 1998 terdapat 200 ekor, menurun menjadi sepuluh ekor sekitar dua tahun kemudian, dan tahun 2003 dinyatakan punah.
Menurut Widodo, daerah baru yang berminat menerima limpahan banteng harus berkomitmen menjaga keberadaan banteng jawa. "Jangan sampai penurunan habitat di masa lalu  terjadi kembali," ujarnya.
(Zika Zakiya. Sumber: Kompas)